Jumat, 09 Oktober 2015

HARUSKAH HATI MENCIPTAKAN JARAK?


Pada suatu hari, seorang ustadz bertanya kepada para santrinya, “Tahukah kalian, mengapa ketika seseorang dalam keadaan marah, ia berbicara kuat-kuat atau berteriak?”

Seorang santri menjawab, “Karena di saat seperti itu, ia telah kehilangan kesabaran sehingga berteriak.”

Sang Ustadz kembali bertanya, “Tapi, bukankah lawan bicaranya berada di dekatnya? Jadi, mengapa harus berteriak? Apakah sang lawan bicara tidak dapat mendengar jika dengan suara halus? Ataukah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua santri memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban memuaskan.

Lalu Sang Ustadz berkata, “Ketahuilah, ketika dua orang sedang berada dalam situasi penuh dengan kemarahan, maka jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang sedemikian jauh, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin menjadi-jadi pula kemarahan mereka dan jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi semakin jauh. Karena itu, mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”


“Namun sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Bila bicara tak perlu berteriak. Suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkan dengan begitu jelas. Mengapa demikian?”

Beberapa santri nampak berpikir amat dalam, namun tak satu pun berani memberikan jawaban.

Sang Ustadz melanjutkan, “Sesungguhnya itu karena hati mereka begitu dekat. Hati mereka tak berjarak. Sehingga, sepatah kata pun tak perlu diucapkan. Satu pandangan mata saja, cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Untuk itu anak-anakku, jika engkau sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Janganlah mengucapkan kata yang mendatangkan jarak diantara kalian. Disaat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena perjalanan waktulah yang akan membantu di saat engkau sudah bisa berpikir dengan jernih.”

0 komentar:

Posting Komentar