Dikisahkan disebuah pasar yang setiap
harinya selalu ramai dikunjungi dan dipadati oleh orang-orang yang melakukan
aktivitas jual-beli demi kebutuhan hidup sehari-hari. Dimana dalam pasar
tersebut nggak akan kita temui yang namanya
pedagang mengurangi dan menaiki timbangan serta pedagang yang melakukan
aktivitas jual-beli dengan menggunakan system ribawi. Ya hal itu nggak akan kita temui dan kita dapati
sedikit pun, karena pada saat itu masyarakatnya sudah hidup dalam satu aturan,
satu pemikiran, dan satu perasaan. Yaitu aturan, pemikiran, dan perasaan Islam.
Disalah
satu sudut pasar tersebut, duduklah seorang pengemis Yahudi buta yang sedang
menunggu dan menantikan rizki dari belas kasihan orang-orang disekelilingnya.
Sambil duduk menunggu kepingan koin emas yang dijatuhkan ketempat yang telah ia
sediakan. Ia pun berkata, “Apa semua orang itu bodoh? Mereka mau-maunya
mengikuti dan mempercayai ajaran si Muhammad yang tukang sihir dan pendusta
yang mengaku-ngaku sebagai nabi itu” nggak
lama kemudian datanglah seorang pria menghampiri dan mendekati pengemis
tersebut, ia pun menaruh dua keping koin emas pada sejenis mangkuk yang terbuat
dari besi. Treeng!
Pengemis
itu langsung mengambilnya, “baru kali ini ada orang yang memberikan ku dua koin
emas. Kemarilah sahabatku, duduklah dekat dengan ku!” pria tersebut menuruti
perintahnya. Selanjutnya pria itu membuka sesuatu yang ia bawa dan disuapilah
makanan tersebut pada pengemis buta dengan cara halus dan perlahan-lahan
layaknya seorang Ibu yang memberi makan bayinya sendiri.