Kamis, 22 Januari 2015

Kepribadian Manusia


Melihat fenomena umat Islam sekarang jika kita saksikan secara langsung maupun tak langsung sudah nampak kerusakannya. Kerusakan terjadi disegala lini kehidupan. Kita bisa saksikan bagaimana kasus perkasus terjadi pada kaum Muslimin yang menimpa satu dengan yang lain. Sebagai contoh kecil betapa banyak para remaja dan anak-anak yang dalam pergaulannya sehari-hari sudah semakin bebas tidak bisa mengontrol diri, contoh nyata adalah seks bebas. Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2009 pernah merilis hasil penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya yang menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. (merdeka.com) Sangat memprihatinkan!

Itu hanya satu kasus kerusakan yang menimpa umat Islam khususnya remaja Islamnya. Nah, bagaimana dengan kasus yang lain seperti dalam hal politik, ekonomi, sosial, budaya dan spiritual? Niscaya jika kita melihatnya akan kita temukan fakta betapa besar kerusakan di aspek-aspek tersebut. Untuk itu agar kerusakan-kerusakan yang menimpa kaum Muslim tersebut tidak semakin meningkat dan semakin parah maka harus segera diobati. Apa yang harus kita obati? Hal apa saja yang harus kita perbaiki? Jawabannya adalah Kepribadian.

MEMAHAMI KEPRIBADIAN MANUSIA

Menurut para ahli psikologi Barat tinggi-rendahnya kepribadian manusia bisa kita lihat dari ke empat aspek ini yaitu, aspek fisik, aspek non-fisik, aspek genetik, dan aspek eksternal. Sebagai contoh dari aspek fisik, mereka mengatakan bahwa baik dan buruknya kepribadian manusia bisa dilihat dari cara ia berjalan, juga dari bentuk mata dan mukanya, dsb. Misalnya jika ada orang yang berpakaian rapi, murah senyum, ramah, suka menolong maka pasti ada orang yang menyangka bahwa orang tersebut memiliki kepribadian baik.

Apakah benar bahwa baik dan buruknya kepribadian manusia itu bisa dilihat dari aspek-aspek tadi? Maka jawabannya adalah Keliru alias salah. Kenapa? Karena pada faktanya kepribadian itu bukan dilihat dari bentuk fisik juga bukan dari asal daerah tempat tinggal tapi dari dua unsur. Yaitu pola pikir (‘Aqliyah) dan pola sikap (Nafsiyyah). Jika seandainya kepribadian dinilai dari nilai fisik bagaimana kalau ternyata orang yang suka menolong, murah senyum, dan ramah itu pada faktanya suka berjudi, berzina, dan korupsi. Masa kita mau mengatakan bahwa orang yang suka berjudi, berzina, dan korupsi itu adalah orang yang berkepribadian baik? Tentu tidak!

Allah SWT juga pernah menyampaikan kepada kita lewat kekasinya yang mulia, Rasul Muhammad SAW bahwa yang Allah nilai itu adalah hati dan amal perbuatan kita.
Sesungguhnya Allah tidak akan menilai rupamu, tidak akan menilai hartamu. Tapi yang Allah nilai adalah hati dan amal perbuatanmu.” HR. Muslim

Maka dari itu, sebenarnya yang membentuk kepribadian bukan dari nilai fisik maupun nilai non-fisik seperti pendapat para psikolog barat. Tapi dari kedua unsur yang tadi sudah dikatakan yakni Pola Pikir dan Pola Sikap. Kepribadian sebenarnya adalah perwujudan dari ‘aqliyah (Pola pikir), dan nafsiyyah (Pola sikap), yang terpancar dari akidah atau ideologi terntentu.

Apa yang dimaksud dengan Pola Pikir dan Pola Sikap? Pola pikir adalah cara kita untuk memutuskan hukum tentang segala sesuatu berdasarkan kaidah yang kita Imani atau pecayai. Misalkan contoh sederhananya adalah kita berencana pergi bersama istri dan anak ke Jakarta untuk menghadiri undangan, ketika itu terjadi kendala. Kendalanya adalah bagaimana cara kita ke Jakarta dan kesananya itu menggunakan jenis kendaraan apa? Istri menjawab menggunakan Bus sementara anak mengusulkan menggunakan kereta api. Kenapa antara si anak dan Ibunya itu berbeda pendapat? Karena si anak dan Ibunya itu menerima informasi yang berbeda yang membuat keduannya yakin terhadap informasi itu.

Sementara Pola Sikap adalah cara yang digunakan untuk memenuhi tuntutan naluri dan kebutuhan jasmani; yakni upaya memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya.
Sebagai contoh bahwa manusia itu mempunyai naluri menambah keturunan (Gharizah Nau’) atau dalam kata lain naluri mencintai. Nah ketika mencintai kepada lawan jenis itu caranya seperti apa? Ada yang dengan pacaran ada juga yang dengan menikah, itu tergantung daripada pilihan sendiri yang ia yakini, jika ia meyakini bahwa pacaran itu baik maka melaksanakan pacaran dan jika meyakini bahwa menikah itu baik maka ia menikah. Pilihan ia tegantung pada ideologi atau kepercayaan yang ia Imani.

PENTINGNYA MEMILIKI KEPRIBADIAN ISLAMIYYAH

Untuk itu maka jika kita ingin merubah kondisi umat Islam yang sedang terpuruk ini maka salah satunya adalah dengan cara membentuk kepribadian Islam yang tangguh, yang kuat akidahnya dan mulia sikapnya. Bagaimana cara membentuk kepribadian Islam?

Di awal sudah dijelaskan bahwa faktor yang membentuk kepribadian manusia itu adalah Pola Pikir dan Pola Sikap. Maka jika ingin membentuk kepribadian yang Islami harus dirubah dulu pola pikir dan pola sikap yang tadinya tidak Islami menjadi Islami. Yakni harus mempunyai ‘Aqliyah Islamiyah dan Nafsiyyah Islamiyah.

Menjadikan ‘Aqliyah islamiyyah itu dengan cara menggunakan asas akidah Islam sebagai patokan ketika memutuskan hukum terhadap perkara yang dihadapi. Contohnya, ketika seseorang membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari maka ia akan giat bekerja untuk mendapatkan uang yang halal dan menabungnnya untuk kebutuhan yang akan datang, tapi jika ia tidak menjadikan Akidah Islam sebagai patokan untuk mencari uang maka bisa jadi untuk mendapatkannya ia mencuri uang orang lain.

Sementara yang dimaksud dengan Nafsiyyah Islamiyah adalah menjadikan seluruh kecenderungan bertumpu pada asas Islam, yaitu menjadikan Islam sebagai satu-satunya tolak ukur umum terhadap seluruh pemenuhan kebutuhan jasmani maupun naluri. Contohnya ada seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta pada seorang wanita dan ia berniat untuk menikahinya maka yang ia lakukan adalah berkenalan dan datang melamar kepada walinya. Sementara jika orang tidak memiliki Nafsiyyah Islamiyah maka yang ia lakukan adalah meminta wanita itu untuk menjadi pacarnya.

Insya Allah, jika umat Islam ingin belajar dan memahami tentang kepribadian manusia dan berubah menjadi pribadi-pribadi Islam yang tangguh maka keterpurukan yang terjadi saat ini bisa sedikit diatasi. Karena sesungguhnya yang menjadi akar penyebab mundur dan terpuruknya umat Islam adalah disebabkan diterapkannya sistem kufur yang menyalahi aturan Allah SWT sehingga dari sana timbulah mala-petaka menimpa umat Islam. Dan untuk merubahnya dibutuhkan orang yang memiliki kepribadian Islam yang baik. Wallahu ‘alam


Shev 

0 komentar:

Posting Komentar